Jumat, 15 Mei 2009

tanaman kering dari daun lontar


Ini aku belajarnya dah lama banget, dari ibu Windu yang muridnya ibu Lia Aminuddin, pakar tanaman kering yang sekarang sudah jadi...
Aku belajar waktu aku baru married, aku tinggal di Gudang Peluru, rumah ortu. Biasa deh mama... kalau ada kursus-kursus aku di sorong-sorong untuk ikutan kursus. Ya ... apalagi ibu Windu bikin workshopnya di depan rumah. Tiap hari aku belajar di sana. Sampai dinyatakan bisa dan dapat sertifikat (sekarang ada dimana ya..) aku dan mamaku buka pameran di LIA Mt. Haryono dimana ibuku ngajar bahasa Inggris. Aku hamil-hamilpun semangat, bikin rangkaian bunga sebanyak mungkin sampai kaki bengkak. Hasilnya... untung 100%. Malah setelah itu masih ada pesanan-pesanan, dan ada yang datang ke rumah untuk membeli yang belum dirangkai dan dibawa ke Sumatera. Hebat juga ya waktu itu...he...he...
Bahan utamanya daun lontar dan sisik ikan, ahli pewarnanya.. ibu sapa ya namanya... kalau bikin warnanya bagus-bagus banget dan dirumahnya kok ya bisa tetap bersih dan rapi. Aku masih ingat, kami mempekerjakan seorang laki-laki untuk mewarna daun lontar, sisik dan mengawetkan biji-bijian, itu orang sampai belepotan warna dimuka, ditangannya dan disekelilingnya, ya ampyuuun, antara geli sama kasian. Sedang di rumah ibu tadi bisa tetep bersih dan rapi. Beda banget. Akhirnya kami pesan aja sama ibu tadi. Bereesss.
Terus kami juga punya penyalur biji-bijian atau tanaman hutan, untuk melengkapi rangkaian bunga kami. Kami menerima pesanan dari kantor-kantor dan kami harus melihat tempat-tempat dimana rangkaian bunga itu akan diletakkan. Waktu itu aku sudah hamil tua.
Setelah melahirkan aku masih dengan usahaku itu, sampai terus pindah ke Jogja dan... stop.
Pengalaman yang menyenangkan dan tak terlupakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar